Selasa, 19 April 2016

Menggapai Ridho Allah Melalui Orang Tua (bag 1)

Bismillahirrohmanirrahim

My First Post

Seringkali atau kadang, atau mungkin pernah sesekali kita mendengar atau bahkan kita sendiri secara tidak sadar bergumam dalam hati berpikiran "saya bisa kuliah, kerja, sukses, kaya karena usaha saya sendiri, kerja keras saya, ini saya, itu saya dll....", betul tidak? mungkin betul. 

Apa itu salah? sah-sah saja, karena persepsi atau pandangan orang berdasarkan ilmu yang dia punya. namun jika pertanyaannya, apa itu sesuai dengan islam? jawabannya, tidak sesuai dengan islam. sebab dalam ilmu Islam, satu-satunya agama sempurna yang Allah ridhoi, ada ayat Alquran (kitab suci Islam) yang menjadi salah satu dasar hidup yang berbunyi :

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا 

“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’” [Al-Israa’ : 23-24]


وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

“Dan beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” [An-Nisaa’ : 36]


Ada juga Hadist (Ucapan/sabda Rasulullah SAW) yang menguatkan dari ayat diatas :

‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu berkata.
 
سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: اَلصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا، قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: بِرُّالْوَالِدَيْنِ، قَالَ: قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ

“Aku bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling utama?’ Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya).’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab: ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi: ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab, ‘Jihad di jalan Allah’" (HR. Bukhari)

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا الْوَالِدِ، وَسُخْطُ الرَّبِّ فِي سُخْطِ الْوَالِدِ

“Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallaahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ridha Allah bergantung kepada keridhaan orang tua dan murka Allah bergantung kepada kemurkaan orang tua”(HR. at Tirmidzi dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan al Hakim)

Dsb.

Ayat dan hadits diatas merupakan suatu jawaban yang sesuai untuk pertanyaan awal. Kita bisa sekolah, kuliah, kerja, atau apapun yang kita lakukan tidak lain karena ridho orang tua. karena orang tua kita ridho (awal kata dari rela), lalu kita didoakan, lalu Allah pun meridhoi apa yang kita lakukan. Allah berikan kemudahan, keringanan, keberhasilan dalam melakukan sesuatu. 

Mengenai keridhoan dan keajaiban doa orang tua, saya teringat akan kisah hidup saya sendiri. Saya (26 th) ingin bercerita tentang perjalanan hidup saya yang penuh dengan keajaiban doa orang tua. Semua kisah selalu berawal dari PADA SUATU SAAT dan saya awali dari ketika saya baligh (yang saya ingat), tepatnya saat SMP. Keluarga saya tergolong keluarga kurang mampu. Pada waktu itu, Ujian akhir tinggal 1 hari lagi, semua murid diwajibkan untuk melunasi semua administrasi sekolah sedangkan saya belum bisa bayar bahkan saya sampai tidak tahu berapa biaya yang harus dibayar karena terlalu banyak tunggakan dan akhirnya saya dipanggil ke Tata Usaha untuk diberi surat peringatan yang isinya tidak boleh ikut ujian akhir jika tidak melunasi semua tunggakan dan administrasi. Lalu surat itu saya bawa pulang untuk saya berikan ke orang tua. Sampai dirumah, orang tua saya membaca surat itu,  kemudian pada malam hari bapak dan saya pergi menemui kepala sekolah, sesampai dirumahnya, bapak masuk dan saya menunggu diluar. Saya tidak tahu pembicaraan bapak dengan kepala sekolah kemudian kami pulang. Besok paginya, hari pertama ujian akhir sekolah, saya tetap disuruh bapak dan ibu untuk berangkat ke sekolah sambil ibu berkata "tenang saja, baca sholawat dan ibu mendoakan kamu disini", hati saya begitu tenang mendengar doa ibu, lalu saya pun pamit kepada ibu dan bapak. Sebelum berangkat, bapak menyarankan kepada saya agar sebelum ke kelas, temui kepala sekolah kemudian temui bagian tata usaha. Dengan tenang saya berangkat sekolah untuk ujian sambil membaca sholawat dan doa. Sesampainya di sekolah, segera saya ke ruangan kepala sekolah untuk menemui beliau. Begitu di ruangannya, beliau bertanya, "ada perlu apa kesini?" saya menjawab,"saya anak dari Pak Wahidun". Beliau tidak menjawab dan hanya menulis sebuah pesan di kertas kecil lalu diberikan kepada saya sambil berkata,"berikan ini ke tata usaha" saya tidak tahu apa isi pesannya yang jelas waktu ujian sudah masuk dan saya segera ke tata usaha untuk menyerahkan amanat dari kelapa sekolah. Saya disuruh menunggu diluar, tidak berapa lama, saya dipanggil oleh petugas tata usaha, begitu saya masuk, beliau bilang,"kamu beruntung, dan ini nomor ujian kamu". Spontan mata saya berkaca-kaca dan saya mengucapkan terima kasih kepada beliau kemudian saya langsung lari ke kelas untuk mengikuti ujian. Alhamdulillah puji kehadirat Allah saya bisa mengikuti ujian dengan lancar dan kemudian lulus dengan nilai yang cukup baik pula. 

Dari sini saya mulai merasakan betapa dahsyat efek sebuah doa dan ridho orang tua. Keajaiban demi keajaiban akan ridho orang tua terus mulai mengiringi perjalanan hidup saya selanjutnya sampai sekarang dan cerita ini akan saya sambung lagi keajaiban setelah lulus dari SMP di lain waktu.